Senin, 20 Juli 2015

Murid Baru Itu Sahabatku

            Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Para siswa bergegas memasuki kelasnya masing-masing termasuk aku yang baru saja tiba di sekolah. Tak lama kemudian Pak Guru masuk kelas bersama seorang murid baru. Pak Guru menyuruh anak itu memperkenalkan diri.
“Hai teman-teman. Namaku Alin. Nama lengkapku Alin Ubaidillah Octaviani,” ucap anak itu.
“Oke, Alin. Kamu duduk dekat Alya, ya,” kata Pak guru.
Setelah duduk dekat denganku, aku bertanya padanya, “Hai Alin, kamu pindahan dari mana?”
“Dari Bandung,” katanya.
“Ooo. Tanggal lahirmu berapa?” tanyaku.
“Aku lahir 10 Oktober 2002,” jawab Alin. 
“Aih, hanya beda satu tahun denganku. Aku tanggal 10 Oktober 2003.”
Setelah pelajaran usai, kami shalat ashar lalu pulang. Sejak itu, setiap hari aku dan Alin bermain bersama.
Aku sering bermain di rumah Alin. Rumahnya besar dan bagus. Mobil ayahnya ada dua. Alin pernah mengajakku jalan-jalan naik salah satu mobilnya.
Sementara rumahku kecil dan tidak memiliki barang-barang sebagus Alin. Ayahku juga tidak memiliki mobil. Hanya sepeda motor yang sudah tua. Alin pernah ke rumahku sekali, itu pun hanya sebentar karena ingin meminjam buku catatan.
Hmm, mengapa Alin mau ya berteman denganku? Padahal dia dari keluarga yang berada. Dia bisa berteman dengan Nola yang sama-sama kaya. Tetapi sepertinya mereka memang tidak cocok. Nola angkuh, tidak seperti Alin yang sederhana.
Setelah satu bulan bersama dengan Alin, tiba-tiba ia berkata, “Alya. Terima kasih, ya sudah berteman denganku.” Aku hanya tersenyum.
Saat ulang tahun, ia merayakannya di rumah dan mengundang banyak teman. Aku juga diundang. Aku datang memakai gaun yang indah. Ketika acara dimulai, Alin memanggilku ke depan dan dia berkata kepada semua orang bahwa aku adalah sahabatnya. Ulang tahun kami sama sehingga hari ini ulangtahunnya dan ulang tahunku dirayakan bersama di rumahnya.
Oh, betapa bahagianya aku memiliki sahabat seperti Alin. Baiknya teramat sangat kepadaku.